JAKARTA - Nama Sora Aoi mendadak jadi tenar di kuping publik Indonesia, menyusul keterlibatannya dalam film produksi Maxima Pictures, Suster Keramas 2. Di negara asalnya, Jepang, Sora dikenal sebagai bintang hot.
Artinya, perempuan berbadan mungil ini, kerap tampil di film khusus dewasa. Sora menjadi bintang esek-esek asal Jepang ketiga yang diboyong Maxima untuk main di film nasional. Sebelumnya, Maria Ozawa alias Miyabi, membuka pintu artis-artis panas Jepang muncul di layar lebar nasional. Kemunculan disusul Rin Sakuragi, yang sama-sama diboyong Maxima.
Kamis (21/4/2011) di sela-sela mempromosikan filmnya di Jakarta, perempuan yang telah sembilan tahun berkecimpung di dunia film dewasa itu, berbincang-bincang dengan Kompas.com, di kawasan Palmerah Selatan, Jakarta. Secara blak-blakan Sora menceritakan bahwa ia masih terlibat dalam film-film itu dan belum terpikir untuk pensiun dari industri film yang telah membesarkan namanya. Berikut petikan wawancara dengan Sora, yang dibantu seorang jasa penterjemah.
Dikenal sebagai bintang film dewasa, apakah banyak yang mencibir Anda?
Saya memang merasa di Jepang dan di luar negeri ada image yang berbeda terhadap saya. Saya suka bingung dengan anggapan (negatif) itu.
Reaksi Anda seperti apa?
Benar bahwa saya punya pengalaman di industri film (porno) itu. Kalaupun ada orang yang memberikan pandangan negatif, saya tak mau ambil pusing. Sebab, ini pilihan hidup saya. Saya merasa bahwa saya masih ada di jalan yang benar. Jadi kalau ada kritik seperti itu tidak saya tanggapi.
Di Jepang, sepertinya perempuan lebih merdeka dalam menentukan apa yang ia ingin dipilih. Apa sikap itu berlaku di semua bidang. Apa Anda juga tergolong perempuan seperti itu?
Begitulah perempuan di Jepang yang saya tahu. Sejak saya lahir sampai berkembang remaja, saya sudah mengenal kemerdekaan hak-hak perempuan. Saya merasa ini sudah seharusnya. Saya tidak tahu dulu kondisinya seperti apa, tapi seharusnya memang begitu. Yang namanya diskriminasi itu seharusnya tidak ada lagi di zaman sekarang ini. Beruntung, saya berada di sekeliling orang yang mendukung. Banyak teman lama yang masih bergaul dengan saya. Jadi orang di sekeliling saya itulah yang mendukung saya selama ini.
Bisa Anda ceritakan seperti apa diri Anda?
Banyak yang bilang saya ini agak tomboy, seperti cowok dan banyak tertawa. Ada yang bilang bahwa saya feminin, padahal saya merasa saya ini tomboy. Beda sekali ya.
Setelah film Anda di Indonesia, kira-kira peran apalagi yang Anda inginkan?
Saya menginginkan peran yang agak devil, bukan peran yang heroik atau penyelamat, tapi justru peran jahat. Saya rasa itu lebih menantang, karena itu bukan pribadi saya.
Apa pernah tawaran itu datang?
Sudah beberapa kali, dan tidak saya tolak karena ini kesenangan saya. Peran tersebut berbeda dengan keseharian saya, image saya tidak seperti itu. Jadi saya mau lagi peran seperti itu.
Oh ya, apa benar kalau Anda sudah pensiun dari industri film dewasa?
Sebenarnya, saya masih ada (kontrak), belum dipastikan (kapan shooting lagi), tapi sudah ada beberapa (agenda). Tapi kalau suatu hari saya mau berhenti (pensiun) ya itu pilihan saya. Saya memilih menjalaninya natural saja, seperti suatu saat saya akan menikah dan punya anak, sudah otomatis saya tidak mungkin ke situ (membintangi film porno) lagi. Saat ini keputusan ada di tangan saya.
Di industri film, siapakah role model Anda?
Cameron Diaz. Dia idola saya, karena kok ada ya orang cantik seperti dia bisa main komedi. Saya juga suka dengan Nakashima Tetsuya. Dia sutradara Jepang.
Andai suatu saat Anda dipertemukan dengan Cameron. Apa reaksinya?
Mungkin saya pingsan saat itu juga. (Sora Aoi menutup wajah dengan kedua tangannya).
Sebagai perempuan Jepang, apakah Anda masih menjalani tradisi yang masih menjadi bagian hidup sebagian wanita Jepang?
Memang seperti itu, reputasi perempuan Jepang terkenal seperti itu. Saya sebagai wanita Jepang bangga akan hal itu, tapi kalau saya tidak seperti itu kan pilihan, saya tidak ke arah sana. Tapi bukan berarti saya tak bangga dengan hal itu. Selama ini keluarga di Jepang dibesarkan dengan didikan yang ketat. Kalau waktu makan harus sopan, tatakrama saat makan harus dijaga, ini keunikan orang Jepang yang harus dipertahankan. Saya bangga jadi wanita Jepang.
Kemarin kamu bilang sudah mulai bernyanyi? Seriuskah?
Sebenarnya saya enggak mau bernyanyi, tapi berhubung banyak tawaran nyanyi, ya sudahlah kalau ada kesempatan saya akan mencobanya sebagai tantangan. Saya ikut grup band namanya Ebisumuscats di Jepang, ada beberapa orang (personelnya) di sana, dan sudah ada beberapa lagu dikeluarkan.
Apa keluarga mewarisi darah seni kepada Anda?
Keluarga saya bukan dari kalangan keluarga seniman. Jadi saya enggak ada darah seni.
Artinya, perempuan berbadan mungil ini, kerap tampil di film khusus dewasa. Sora menjadi bintang esek-esek asal Jepang ketiga yang diboyong Maxima untuk main di film nasional. Sebelumnya, Maria Ozawa alias Miyabi, membuka pintu artis-artis panas Jepang muncul di layar lebar nasional. Kemunculan disusul Rin Sakuragi, yang sama-sama diboyong Maxima.
Kamis (21/4/2011) di sela-sela mempromosikan filmnya di Jakarta, perempuan yang telah sembilan tahun berkecimpung di dunia film dewasa itu, berbincang-bincang dengan Kompas.com, di kawasan Palmerah Selatan, Jakarta. Secara blak-blakan Sora menceritakan bahwa ia masih terlibat dalam film-film itu dan belum terpikir untuk pensiun dari industri film yang telah membesarkan namanya. Berikut petikan wawancara dengan Sora, yang dibantu seorang jasa penterjemah.
Dikenal sebagai bintang film dewasa, apakah banyak yang mencibir Anda?
Saya memang merasa di Jepang dan di luar negeri ada image yang berbeda terhadap saya. Saya suka bingung dengan anggapan (negatif) itu.
Reaksi Anda seperti apa?
Benar bahwa saya punya pengalaman di industri film (porno) itu. Kalaupun ada orang yang memberikan pandangan negatif, saya tak mau ambil pusing. Sebab, ini pilihan hidup saya. Saya merasa bahwa saya masih ada di jalan yang benar. Jadi kalau ada kritik seperti itu tidak saya tanggapi.
Di Jepang, sepertinya perempuan lebih merdeka dalam menentukan apa yang ia ingin dipilih. Apa sikap itu berlaku di semua bidang. Apa Anda juga tergolong perempuan seperti itu?
Begitulah perempuan di Jepang yang saya tahu. Sejak saya lahir sampai berkembang remaja, saya sudah mengenal kemerdekaan hak-hak perempuan. Saya merasa ini sudah seharusnya. Saya tidak tahu dulu kondisinya seperti apa, tapi seharusnya memang begitu. Yang namanya diskriminasi itu seharusnya tidak ada lagi di zaman sekarang ini. Beruntung, saya berada di sekeliling orang yang mendukung. Banyak teman lama yang masih bergaul dengan saya. Jadi orang di sekeliling saya itulah yang mendukung saya selama ini.
Bisa Anda ceritakan seperti apa diri Anda?
Banyak yang bilang saya ini agak tomboy, seperti cowok dan banyak tertawa. Ada yang bilang bahwa saya feminin, padahal saya merasa saya ini tomboy. Beda sekali ya.
Setelah film Anda di Indonesia, kira-kira peran apalagi yang Anda inginkan?
Saya menginginkan peran yang agak devil, bukan peran yang heroik atau penyelamat, tapi justru peran jahat. Saya rasa itu lebih menantang, karena itu bukan pribadi saya.
Apa pernah tawaran itu datang?
Sudah beberapa kali, dan tidak saya tolak karena ini kesenangan saya. Peran tersebut berbeda dengan keseharian saya, image saya tidak seperti itu. Jadi saya mau lagi peran seperti itu.
Oh ya, apa benar kalau Anda sudah pensiun dari industri film dewasa?
Sebenarnya, saya masih ada (kontrak), belum dipastikan (kapan shooting lagi), tapi sudah ada beberapa (agenda). Tapi kalau suatu hari saya mau berhenti (pensiun) ya itu pilihan saya. Saya memilih menjalaninya natural saja, seperti suatu saat saya akan menikah dan punya anak, sudah otomatis saya tidak mungkin ke situ (membintangi film porno) lagi. Saat ini keputusan ada di tangan saya.
Di industri film, siapakah role model Anda?
Cameron Diaz. Dia idola saya, karena kok ada ya orang cantik seperti dia bisa main komedi. Saya juga suka dengan Nakashima Tetsuya. Dia sutradara Jepang.
Andai suatu saat Anda dipertemukan dengan Cameron. Apa reaksinya?
Mungkin saya pingsan saat itu juga. (Sora Aoi menutup wajah dengan kedua tangannya).
Sebagai perempuan Jepang, apakah Anda masih menjalani tradisi yang masih menjadi bagian hidup sebagian wanita Jepang?
Memang seperti itu, reputasi perempuan Jepang terkenal seperti itu. Saya sebagai wanita Jepang bangga akan hal itu, tapi kalau saya tidak seperti itu kan pilihan, saya tidak ke arah sana. Tapi bukan berarti saya tak bangga dengan hal itu. Selama ini keluarga di Jepang dibesarkan dengan didikan yang ketat. Kalau waktu makan harus sopan, tatakrama saat makan harus dijaga, ini keunikan orang Jepang yang harus dipertahankan. Saya bangga jadi wanita Jepang.
Kemarin kamu bilang sudah mulai bernyanyi? Seriuskah?
Sebenarnya saya enggak mau bernyanyi, tapi berhubung banyak tawaran nyanyi, ya sudahlah kalau ada kesempatan saya akan mencobanya sebagai tantangan. Saya ikut grup band namanya Ebisumuscats di Jepang, ada beberapa orang (personelnya) di sana, dan sudah ada beberapa lagu dikeluarkan.
Apa keluarga mewarisi darah seni kepada Anda?
Keluarga saya bukan dari kalangan keluarga seniman. Jadi saya enggak ada darah seni.
sumber : kompas
No comments:
Post a Comment